Serba-Serbi Gen Z Masa Kini
Serba-Serbi Gen Z Masa Kini
Oleh: Permana Surya Syahputra *)
Generasi Z atau biasa dikenal Gen Z, lahir setelah generasi Milenial antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sangat terkoneksi secara digital dan berkembang di era kemajuan teknologi yang serba lengkap. Mereka dikenal sebagai “Digital Native”, karena kebiasaan hidup mereka yang sangat bergantung pada teknologi digital menjadikan mereka sebagai generasi yang serba instan, hal ini disebabkan oleh keinginan mereka agar kebutuhannya terpenuhi dengan cepat dan mudah, sehingga seringkali Gen Z menjadi topik perbincangan yang menarik.
Gen Z memiliki ciri khas tersendiri dalam memandang sebuah masalah. Mereka menaruh perhatian pada solusi atas permasalahan tersebut. Gen Z memang tidak ingin ribet, mereka akan selalu mengambil jalan pintas dalam menghadapi sebuah masalah. Jika bisa melewati jalan yang lurus dan mulus, mengapa harus lewat jalan berbatu dan berkelok. Meski begitu, perlu digarisbawahi bahwa setiap Gen Z memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing tergantung bagaimana mereka menyikapinya.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang cinta kebebasan, mereka begitu menghargai rasionalitas. Misalnya ketika memikirkan peraturan, mereka memerlukan penjelasan yang logis mengapa hal ini harus dilakukan dan mengapa tidak. Karena Gen Z lahir dan berkembang di era modern. Gen Z suka akan kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, dan kebebasan berkreasi. Gen Z cenderung lebih terbuka akan keberagaman, mulai dari agama, ras, suku budaya, hingga tataran pola pikir. Kualitas toleransi yang melekat pada Gen Z berasal dari peran media sosial, mereka dapat melihat dan mengenal berbagai karakteristik manusia di seluruh penjuru dunia.
Kehadiran mereka telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis, pendidikan, dan budaya. Namun, Gen Z juga memiliki tantangan dan masalah yang perlu diatasi.
Gen Z tidak bisa diremehkan karena mereka memiliki ambisi besar untuk meraih tujuannya. Ambisi tersebut biasanya dipicu oleh banyaknya role model yang mereka idolakan. Namun, yang perlu diperhatikan oleh Gen Z dalam mencapai sebuah titik kesuksesan, tentu ada jalan yang mesti ditempuh. Tidak ada yang instan, butuh proses yang cukup panjang dalam meraih kesuksesan. Jalan tidak selalu lurus, mulus, dan sesuai dengan ekspektasi kita.
Oleh karena itu, ambisi perlu dikontrol agar tetap berada pada jalan yang benar. Di sisi lain kita tidak dapat mengesampingkan sesuatu yang menyimpang dapat terjadi dalam diri manusia. Sehingga jika terlalu ambisius, Gen Z akan menghalalkan segala cara untuk mencapai impiannya. Selain itu, Gen Z rentan terhadap kesehatan mental dan mengalami depresi lantaran ambisi yang terlalu besar. Sering kali mereka kurang tepat dalam pengambilan keputusan yang berujung pada terganggunya kondisi kejiwaannya.
Menurut laporan American Psychology Association (APA), 57 persen Gen Z melaporkan bahwa mereka merasa lebih stres dibandingkan orang dewasa terkait isu-isu yang diberitakan. Gen Z juga melaporkan lebih banyak kebutuhan sosial yang tidak terpenuhi dibandingkan generasi lainnya. Responden Gen Z dua hingga tiga kali lebih mungkin dibandingkan generasi lain untuk melaporkan memikirkan, merencanakan, atau mencoba bunuh diri dalam 12 bulan mulai akhir tahun 2019 hingga akhir tahun 2020.