Meresapi Makna Idul Fitri
Meresapi Makna Idul Fitri
Idul Fitri merupakan momen yang ditunggu oleh umat Islam. Karena pada waktu ini biasanya menjadi ajang silaturahmi kepada kerabat dan sanak saudara. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh-Yusuf (Unis) Tangerang, Achmad Thorik, S.H., M.H. menyebut, perayaan Idul Fitri memiliki beberapa makna filosofis bagi umat Muslim.
Filosofi Idul Fitri yang pertama adalah mengajarkan tentang kesabaran dan ketulusan. Menurut Thorik, bentuk ibadah manusia cukup banyak. Tetapi ibadah yang tersembunyi pahalanya hanyalah puasa. “Karena jika kita tidak bertanya apakah orang tersebut berpuasa atau tidak, maka kita tidak akan mengetahui apabila orang tersebut berpuasa. Artinya, puasa ini merupakan ibadah yang memiliki makna ketulusan,” ucapnya.
Thorik menambahkan, filosofi lain mengenai Idul Fitri adalah tentang bagaimana kita diajarkan untuk mengolah niat dalam beribadah. “Ketika kita berpuasa, maka seluruh aktivitas dihitung sebagai ibadah. Pada saat itu, kita dianjurkan untuk mengolah niat. Contohnya seperti saat kita berkuliah dalam keadaan berpuasa maka niatkanlah untuk mencari ilmu, bukan sekedar menggugurkan kewajiban agar tidak absen,” tambahnya.
Filosofi selanjutnya adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Karena ibadah berpuasa hakikatnya adalah meningkatkan ketaqwaan dan sebagai pengingat agar terus bersedekah, selalu bersyukur, dan menjaga silaturahmi. “Jika dari segi lebarannya, maka filosofinya adalah meningkatkan ibadah dan juga memperbaiki koneksi hubungan antar manusia dan Allah. Hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia ini posisinya sama, karena dalam suatu hadist dijelaskan bahwa keimanan pada hari akhir barometernya adalah menyambung silaturahim,” ucapnya.
Saat Idul Fitri berlangsung, budaya masyarakat adalah mengenai halal bihalal atau bermaaf- maafan. Dilihat dari sejarahnya, budaya halal bihalal di Indonesia berasal dari Presiden Soekarno sebagai pemimpin yang ingin mempersatukan para politikus. “Seokarno berkonsultasi pada salah satu kyai, akhirnya muncul konsep halal bihalal sebagai pertemuan dan diskusi bersama sekaligus bermaaf-maafan. Konsep bermaaf-maafan yang dijelaskan menurut pendapat ulama adalah tidak bisa menghapus seluruh kesalahan apabila kita tidak menjelaskan apa kesalahan yang kita perbuat,” ungkapnya.
Menurut Thorik, hikmah dari berpuasa dan Idul Fitri adalah bagaimana cara kita memperbaharui hati dan niat. Karena setiap melakukan kegiatan apapun didahulukan mulai dari niat. Apabila sesuatu dilakukan dengan niat yang benar maka hasilnya akan lebih maksimal dan berkah. (Rani)